Foto: duniafitnes.com |
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Baru-baru ini ada penelitian yang menyatakan bahwa obesitas mungkin dapat dicegah dan diobati dengan menjadikan reseptor rasa di usus sebagai target pengobatan. Ternyata usus juga memiliki selera terhadap makanan dan mampu membedakan rasa pahit, manis, gurih atau berlemak dengan menggunakan mekanisme sinyal yang sama seperti lidah. Mekanisme tersebut kemudian melepaskan hormon untuk mengontrol rasa kenyang dan kadar gula darah ketika makanan mencapai usus.
Sensor atau reseptor di perut tersebut juga dapat menanggapi asupan makanan yang berlebihan. Kerusakan pada sensor tersebut mungkin juga memainkan peran dalam kasus obesitas, diabetes, dan kondisi metabolik terkait.
Dr Sara Janssen dan Dr Inge Depoortere, dari Translational Research Center for Gastrointestinal Disorders di Catholic University of Leuven, Belgia melakukan studi untuk mempelajari apakah hal ini dapat dijadikan senjata baru melawan obesitas.
Hasil studi semakin menunjukkan lebih banyak bukti bahwa obesitas dan kondisi terkait dapat dicegah atau diobati dengan cara mengoptimalkan fungsi reseptor rasa pada sel-sel di usus. Sehingga usus dapat melepaskan hormon yang memberi sinyal perasaan kenyang dengan baik.
Peneliti berpendapat bahwa obat pelangsing di masa datang perlu meniru efek fisiologis dari makanan yang dapat mengelabuhi reseptor rasa pada usus, membuat seseorang merasa kenyang, dan terhindar dari perilaku makan berlebihan.
"Operasi bariatrik memang mampu menurunkan berat badan dan mengurangi risiko diabetes, tetapi mungkin dapat melibatkan perubahan dalam pelepasan hormon usus. Tetapi cara terbaru yang mempengaruhi pelepasan hormon usus ini mampu mengontrol asupan makanan dengan cara non bedah yang lebih aman," kata Dr. Depoortere.
Peneliti menyatakan bahwa masih diperlukan penelitian tambahan untuk menunjukkan reseptor usus mana yang lebih peka terhadap rasa dan mungkin dapat menjadi target obat, sehingga efektif dalam mencegah dan mengobati obesitas dan diabetes.
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Trends in Endocrinology & Metabolism, seperti dilansir health24, Kamis (27/12).
(Source: Wikipedia, detikHealth)
Baca Juga:
0 comments:
Post a Comment